Senin, 29 April 2013

Manusia dan Penderitaan

Manusia dan Penderitaan
  • Definisi Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidalmya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenilcmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan "risiko" hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya? . Tanda atau wangsit demikian dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan.
Manusia lebih menyukai kenikmatan. Sedangkan penderitaan sangat di hindarkan, dalam suatu kehidupan manusia. Seseorang pasti akan merasakan penderitaan bagaimanapun jenis dan bentuknya. Contoh penderitaan fisik, bencana yang sedang di hadapin oleh orang tersebut, setra masalah yang sedang menimpa orang tersebut. Penderitaan terbagi menjadi 2 yaitu penderitaan yang bersifat lama dan penderitaan yang bersifat sementara. Penderitaan yang bersifat lama atau tidaknya tergantung oleh penyebab penderitaan tersebut. Contoh penderitaan yang bersifat lama. Kehilangan orang yang penting di dalam kehidupan seseorang. Sedangkan contoh penderitaan yang bersifat sementara adalah di kecewakanya oleh seseorang.
Penderitan dan kenikatan manusia/seseorang dengan menyukai atau tidaknya sesuatu. Jika manusia tersebut suka makan ia akan menikmati apa yang sedang dia rasakan. Sedangkan jika dia tidak menyukai maka dia akan merasa menderita dengan apa yang ia rasakan. Penderitaan yang selalu di hadapi oleh manusia bermanfaat untuk menjadi bahan instropeksi diri masing-masing manusia. Selain menjadi bahan instropeksi dapat pula menjadi suatu pengalam seseorang untuk menjadi manusia yang lebih bijak. Penderitaan tidak selalu merugika untuk yang merasakan. Mental seseorang sangat berperan penting untuk menghadapi penderitan yang sedang di alami. Selain mental yang kuat peran orang sekitar manusia juga sangat berperan untuk menyelesaikan penderitaan dan juga memberikan dorangan motivasi serta jalan keluar untuk menyelesaikan penderitaan seseorang.
  • Pengertian Siksaan
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakanpindah agama atau cuci otak politik.

Penyiksaan hampir secara universal telah dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia, seperti dinyatakan Deklarasi Hak Asasi Manusia. Para penandatangan Konvensi Jenewa Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah menyetujui untuk tidak melakukan penyiksaan terhadap orang yang dilindungi (penduduk sipil musuh atau tawanan perang) dalam suatu konflik bersenjata. Penanda tangan UN Convention Against Torture juga telah menyetujui untuk tidak secara sengaja memberikan rasa sakit atau penderitaan pada siapapun, untuk mendapatkan informasi atau pengakuan, menghukum, atau memaksakan sesuatu dari mereka atau orang ketiga. Walaupun demikian, organisasi-organisasi seperti Amnesty International memperkirakan bahwa dua dari tiga negara tidak konsisten mematuhi perjanjian-perjanjian tersebut.

  1. Definisi Phobia
Kata “phobia” sendiri berasal dari istilah Yunani “phobos” yang berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak zaman Hippocrates. Phobia adalah ketakutan yang luar biasa dan tanpa alasan terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak masuk akal. Pengidap phobia merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang ditakutinya. Terkadang juga bisa menghambat aktivitasnya.
Konsep takut dan cemas betautan erat. Takut adalah perasaan cemas dan agitasi sebagai respons terhadap suatu ancaman. Gangguan fobia adalah rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya.
Phobia didefinisikan oleh psikopatolog sebagai penolakan yang mengganggu yang diperantarai oleh rasa takut yang tidak proporsional, dengan bahaya yang dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan diakui oleh si penderita sebagai sesuatu yang tidak berdasar. Beberapa  pengertian  phobia  menurut ahli Siti Meitchati ( 1983;22) : adalah ketakutan yang tidak terkendalikan, tidak normal kepada suatu hal atau kejadian tanpa diketahui sebabnya. (dalam Makalah Psikologi Kesehatan,  Ella dan Farah 2011)
Defenisi phobia menurut kamus psikologi adalah suatu ketakutan yang kuat, terus menerus dan irasional dengan ditimbulkan oleh suatu perangsang atau situasi khusus, seperti auatu ketakutan yang abnormal terhadap tempat tertentu. Sementara kartini kartono (1989:112) mendefinisikan phobia sebagai ketakutan atau kecemasan yang abnormal, tidak rasional tidak bisa dikontrol terhadap suatu situasi terhadap objek tertentu. Semua phobia adalah ketajutan yang tak beralasan, yang bertalian dengan perasaan bersalah atau pun malu, ditekan. Kemudian berubah takut pada suatu yang lain, dengan begitu terpendamlah konflik atau frustasi yang dialaminya.    Jadi phobia adalah rasa takut yang berlebihan kepada suatu hal atau fenomena yang membuat hidup seseorang yang menderitanya terhambat.
Beberapa pendapat ahli yang mendefinisikan fobia yaitu Jaspers (1923) mendefinisikan fobia sebagai rasa takut yang sangat dnan tidak dapat diatasi terhadap suatu keadaan dan tugas yang biasa. Ross (1937) berpendapat bahwa fobia adalah rasa takut yang khas yang disadari oleh penderita sebagai suatu hal yang tidak masuk akal, tetapi tidak dapat mengatasinya. Errera (1962)  adalah rasa takut yang selalu ada terhadap sesuatu benda atau pendapat yang dalam keadaan biasa tidak menimbulkan rasa takut.
James Drever(1986:346) : Kengerian atau ketakutan yang tidak terkendali yang pada umumnya disebabkan sifat abnormal terhadap situasi dan objek tertentu.
Suardiman ( 1986: 32) : Perasaan takut yang tidak masuk akal, orang yang mengalami gangguan tersebut sebenarnya menyadari akan keadaan tetapi ia tidak dapat membebaskan diri dari rasa ketakutannya itu. Kamus kedokteran (1953:265) : rasa takut abnormal pada berbagai keadaan.
(dalam Makalah Psikologi Kesehatan,  Ella dan Farah 2011)
  1. Jenis Phobia
Hal yang aneh tentang fobia adalah biasanya melibatkan ketakutan terhadap peristiwa yang biasa dalam hidup, bukan yang luar biasa. Orang dengan fobia mengalami ketakutan untuk hal-hal yang amat biasa, seperti naik elevator atau naik mobil di jalan raya. Dengan contoh ini, dapat diketahui bahwa fobia dapat mengganggu bila berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari seperti naik kendaraan, berbelanja, atau pergi keluar rumah. Berikut ini adalah tiga tipe fobia berdasarkan sistem DSM, yaitu fobia spesifik, fobia sosial, dan agorafobia.
  1. Fobia Spesifik
Fobia spesifik adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau situasi spesifik, seperti:
  • Acrophobia: takut terhadap ketinggian, bahkan hanya setinggi 2 meter sudah cukup menakutkan bagi penderita fobia ini.
  • Claustrophobia: takut terhadap tempat tertutup/terkunci sehingga orang dengan fobia jenis ini sering berada di taman atau di lapangan olahraga bersama teman-temannya.
  • Fobia binatang: takut terhadap binatang tertentu seperti tikus, ular, atau binatang-binatang menjijikkan. Anda bisa saja mempunyai ketakutan terhadap hewan-hewan tersebut. Namun, bila ketakutan itu mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distres emosional yang signifikan di dalam diri Anda (bahkan ketika Anda hanya membayangkan hewan itu), maka barulah Anda mengalami fobia.
  • Fobia benda-benda tertentu: seperti jarum suntik (bukan sakitnya yang mereka takuti, tetapi jarumnya), pisau, benda-benda elektronik, atau benda-benda lain.

  1. Fobia Sosial
Fobia sosial adalah ketakutan yang intens terhadap situasi sosial atau ramai sehingga mereka mungkin sama sekali menghindarinya, atau menghadapinya tetapi dengan distres yang amat berkecamuk. Penderita fobia sosial mengalami ketakutan terhadap situasi sosial seperti berkencan, datang ke pesta, pertemuan-pertemuan sosial, bahkan presentasi untuk ujian.  Fobia sosial yang mendasar adalah ketakutan berlebihan terhadap evaluasi negatif dari orang lain, dalam artian mereka takut dinilai jelek oleh orang lain. Mungkin mereka merasa seakan-akan ribuan pasang mata sedang memperhatikan dengan teliti setiap gerak yang mereka lakukan. Contoh umum untuk fobia jenis ini adalah:
  • Demam panggung yang berlebihan
  • Kecemasan berbicara di forum yang berlebihan, bahkan dihadapan orang-orang terdekat sekalipun.
  • Kecemasan meminta sesuatu, seperti memesan makanan di rumah makan karena takut pelayan atau teman menertawai makanan yang mereka pesan.
  • Ketakutan bertemu dengan orang baru, hal ini menyebabkan penderita tidak berkembang dalam hal sosial.
Fobia jenis ini menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya, seperti kualitas untuk mencapai sasaran pendidikan , maju dalam karier, atau bertahan dalam pekerjaan yang membutuhkan interaksi dengan orang lain secara langsung. Sekali fobia sosial tercipta, maka akan berlanjut secara kronis sepanjang hidup.
  1. Agrofobia
Agorafobia secara harfiah diartikan sebagai “takut kepada pasar”, yang sugestif untuk ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai (berbeda dengan fobia sosial, agorafobia tidak “mati sosial” bila berinteraksi dengan orang-orang di tempat yang sepi). Agorafobia melibatkan ketakutan terhadap tempat-tempat atau situasi-situasi yang memberi kesulitan bagi mereka untuk meminta bantuan ketika ada suatu problem yang menimpa mereka atau orang lain. Orang-orang dengan agorafobia takut untuk pergi berbelanja di toko-toko yang penih sesak, bersempit-sempitan di bus, dan lain-lain yang kira-kira membuat mereka sulit meminta pertolongan.
  1. Teori Phobia
Beberapa teori yang memberikan kontribusi tentang adanya phobia
  1. Teori Psikoanalisis
Freud adalah orang pertama yang mencoba menjelaskan secara sistematis perkembangan perilaku fobia. Menurut Freud, fobia merupakan pertahanan terhadap kecemasan yang disebabkan oleh impuls-impuls id yang ditekan. Kecemasan ini dialihkan dari impuls id yang ditakuti dan berpindah ke suatu objek atau situasi yang memiliki koneksi simbolik dengannya. Fobia adalah cara ego untuk menghindari konfrontasi dengan masalah sebenarnya, yaitu konflik masa kecil yang ditekan.
  1. Teori Behaviorial
Teori ini berfokus pada pembelajaran sebagai cara berkembangnya fobia. Salah satu pembelajarannya adalahAvoidence Conditioning : penjelasan utama behavioral tentang fobia adalah reaksi semacam itu merupakan respons avoidence yang dipelajari. Formulasi avoidence conditioning dilandasi oleh teori dua faktor yang diajukan oleh Mowrer (1947) dan mengatakan bahwa fobia berkembang dari dua rangkaian pembelajarang yang saling berkaitan, yaitu;
  1. Melalui classikal conditioning seseorang dapat belajar untuk takut pada sesuatu stimulus netral (CS) jika stimulus tersebut dipasangkan dengan kejadian yang secara intrinsik menyakitkan atau menakutkan (UCS).
  2. Seseorang dapat belajar mengurangi rasa takut yang dikondisikan tersebut dengn melarikan diri atau menghindari CS. Jenis pembelajaran ini diasumsikan sebagai operant conditioning; respon dipertahankan oleh konsekuensi mengurang ketakutan yang menguatkan.
Teori Kognitif
Teori ini berfokus pada bagaimana proses berfikir manusia dapat berperan sebagai diathesis dan pada bagaimana pikiran dapat membuat fobia menetap. Kecemasan dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar untuk menanggapi stimuli negatif, menginterpretasi informasi yang tidak jelas sebagai informasi yang mengancam, dan mempercayai bahwa kejadian negatif memiliki kemungkinan lebih besar untuk terjadi di masa mendatang (Heinrichs & Hoffman, 2000; Turk dkk., 2001).
Teori kognitif mengenai fobia juga relevan untuk berbagai fitur lain dalam gangguan ini rasa takut yang menetap dan fakta bahwa ketakutan tersebut sesungguhnya tampak irasional bagi mereka yang mengalaminya. Fenomena ini dapat terjadi karena rasa takut terjadi melalui proses-proses otomatis yang terjadi pada awal kehidupan dan tidak disadari. Setelah proses awal tersebut, stimulus dihindari sehingga tidak diproses cukup lengkap dan yang dapat menghilangkan rasa takut tersebut (Amir. Foa, & Coles, 1998).
  1. Gejala
Bila seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut:
a)      Jantung berdebar kencang
b)      Kesulitan mengatur napas
c)      Dada terasa sakit
d)      Wajah memerah dan berkeringat
e)      Merasa sakit
f)        Gemetar
g)      Pusing
h)      Mulut terasa kering
i)        Merasa perlu pergi ke toilet
j)        Merasa lemas dan akhirnya pingsan
  1. Penyebab Phobia
Phobia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada umumnya phobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
Lalu bagaimana menjelaskan tentang orang yang takut akan sesuatu walaupun tidak pernah mengalami trauma pada masa kecilnya? Martin Seligman di dalam teorinya yang dikenal dengan istilah biological preparedness mengatakan ketakutan yang menjangkiti tergantung dari relevansinya sang stimulus terhadap nenek moyang atau sejarah evolusi manusia, atau dengan kata lain ketakutan tersebut disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya, mereka yang takut kepada beruang, nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua, pernah diterkam dan hampir dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat menghasilkan kita sebagai keturunannya. Seligman berkata bahwa kita sudah disiapkan oleh sejarah evolusi kita untuk takut terhadap sesuatu yang dapat mengancam survival kita.
Pada kasus phobia yang lebih parah, gejala anxiety neurosa menyertai penderita tersebut. Si penderita akan terus menerus dalam keadaan phobia walaupun tidak ada rangsangan yang spesifik. Selalu ada saja yang membuat phobia-nya timbul kembali, misalnya thanatophobia (takut mati), dll.
Menurut kartini kartono phobia dapat disebabkan oleh:
  1. Pernah mengalami ketakutan yang hebat
  2. Pengalaman asli ini dibarengi rasa malu dan rasa  bersalah kemudian semua ditekan untuk melupakan kejadian-kejadian tersebut.
  3. Jika mengalami stimulus yang sama akan timbul respon yang bersyarat kembali, sungguhpun peristiwa pengalaman yang asli sudah dilupakan. Respon-respon ketakutan hebat selalu timbul kembali sungguhpun ada usaha-usaha untuk menekan dan melenyepkan respon tersebut.
Secara spesifik, rasa takut dapat disebabkan antara lain:
  1. pengaruh filogenetik
  2. pengaruh keturunan
  3. kepribadian
  4. pengaruh budaya dan daerah
  5. pengaruh faal (fungsi) tubuh
  6. faktor biokimia
  7. trauma dan tekanan
  8. teladan orang lain
  9. dll

  • 3 Siksaan Yang Sifatnya Psikis
  1. Kebimbangan dialami oleh seseorang bila ia pada suatu saat tiak dapat menetukan pilihan mana yang akan dipilih. Misalnya pada suatu saat apakah seseorang yang bimbang itu pergi / tidak, siapakah dari kawannya yang akan dijadikan pacar pertamanya? Akibat dari kebimbangan seseorang berada pada keadaan yang tidak menentu sehingga ia merasa tersiksa dalam hidupnya saat itu.
  2. Kesepian dialami alah seseorang merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri/ jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai. Kesepian ini tidak boleh dicampur adukkan dengan keadaan sepi seperti yang dialami petapa / biarawan yang tinggalnya ditempat yang sepi.
  3. Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar – besarkan tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Pada umumnya orang memiliki satu / lebih phobia ringan seperti takut pada tikus, ular, serangga dll. Tetapi pada sementara orang ketakutan itu semakin hebatnya sehingga sangat menganggu.

  • Penyebab seseorang marasa ketakutan
Penyebab seseorang merasa ketakutan bisa di sebabkan oleh timbulnya kesan mengerikan dan sangat menakutkan dari sesuatu yang slalu terbayang-bayang ketika ia merasa takut.Ketakutan juga bisa timbul akibat trauma akan kejadian masa lalu yang tidak di ingin kan terjadi namun terjadi pada dirinya atau pun kepada orang-orang terdekat yang dia sayangi,lalu ketakutan itu pun muncul dengan sendirinya sehingga dia tidak ingin melihat kejadian tersebut terjadi untuk yang kedua kalinya.

Cara penanggulangan yang tepat agar seseorang tidak merasakn ketakutan yaitu dengan cara memperbanyak ibadah dan mempertebal iman dan Taqwa kepada Allah swt,lingkungan serta orang-orang di sekitarnya yang selalu meyakinkan orang tersebut unutk tidak taku dengan apapun kecuali kepada Allah swt yang telah menciptakan dirinya dan dunia ini beserta isinnya.

Dengan demikian Insya Allah rasa takut akan berkurang bagi orag yang ketakutan,bahkan berangsur-angsur rasa takut tersebut menghilang,bukan berarti setelah rasa takut itu hilang ibadah kita menjadi kurang giat,seharusnya kita tetap beribadah agar selalu di berikan perlindungan dari bahaya dan rasa takut.
  • Kekalutan Mental
Penderitaan batin dalam ilmu psikologis di kenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental dapat di rumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalna yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
Penderitaan batin dalam ilmu Psikologi dikenal sebagai kekalutan mental (mental disorder). Menurut Dra. Kartini Kartono dalam bukunya Psikologi Abnormal & Pathologi Seks, dirumuskan bahwa yang disebut kekalutan mental adalah sebagai berikut;
  • Bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental, atau kesehatan mental yang disebabkan oleh gangguan kegagalan bereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan/mental.
  • Merupakan totalitas kesatuan ekspresi proses kejiwaan/mental yang patologis terhadap stimuli sosial, dikombinasikan dengan faktor-faktor kausatif sekunder lainnya (Patologi = Ilmu penyakit).
Secara sederhana, kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persolan yang harus diatasi, sehingga yang bersangkutan bertingahlaku secara kurang wajar. Misalnya, seseorang yang tidak mampu menjawab sebuah pertanyaan ujian, menggigit-gigit pensil.

  • Gejela – gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan metal adalah :
      1. Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
      2. Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.

  • Sebab – sebab timbulnya kekalutan mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut :
      1. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna, hal – hal tersebut sering menyebabkna yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur – angsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
      2. Terjadinya konflik social budaya akibat norma berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat.
      3. Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan social.

Penderitaan maupun siksaan yang dialami manusia memang merupakan beban berat, sehingga dunia ini benar – benar merupakan neraka dalam hidupnya. Bagi mereka yang mulai merasakan tidak mampu lebih lama menderita, biasanya terlontar kata – katanya lebih baik mati daripada hidup, dengan pengertian bahwa dengan kematiannya maka berakhirlah penderitaan yang dialaminya. Itulah sebabnya mereka yang terlalu menderita dan merasa putus asa, lalu mengambil jalan “pintas” dengan bunuh diri.


Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
  1. Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohani.
  2. Usaha mempertahankan diri dengan cara negative, yaitu mundur / lari, sehingga cara bertahan dirinya salah. Pada orang lain yang tidak menderita kekalutan mental akan memecahkan solusi masalahnya, sehingga tidak menekan perasaan. Jadi bukan melarikan diri dari persoalan, tetapi melawan dan memecahkan persoalan
  3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.

Proses-proses kekalutan mental yang dialami oleh seseorang mendorongnya ke arah:
  • Positif : trauma (luka jiwa) yang dialami dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut waktu malam hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya, ataupun melakukan kegitan yang positif setelah kejatuhan dalam kehidupan.
  • Negatif : trauma yang dialami diperturutkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi,yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk frustasi antara lain :
  • Agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadinya hypertensi (tekanan darah tinggi) atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitamya.
  • Regresi adalah kembali pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanankan (infantil), misalnya dengan menjerit-jerit,menangis sampai meraung-raungan memecah barang-barang.
  • Fiksasi adalah peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap), misalnya dengan membisu, memukul-mukul dada sendiri, membentur-benturkan kepala pada benda keras.
  • Proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain, kata pepatah: awak yang tidak pandai menari, dikatakan lantai yang terjungkit.
  • Identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya, misalnya dalam kecantikan yang bersangkutan menyamakan diri dengan bintang film, dalam soal harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.
  • Narsisme adalah self love yang berlebihan, sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior daripada orang lain.
  • Autisme adalah gejala menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, is puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.
  • Penderitaan , media massa dan seniman
Hubunganya :
Dalam dunia modern sekarang ini kemungkinan terjadinya penderitaan itu lebih besar. Hal ini telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi dan sebgainya.
Sebab yang menimbulkan manusia adalah kecelakaan, bencana alam, bencana peran dll. Contohnya : tenggelamnya kapal di perairan luas, jatuhnya pesawat, meletusnya gunung berapi dan perang irak-iran. Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi media massa contohnya : koran, layar TV, pesawat radio dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia.
Media massa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara tepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antar sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati.
Tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga pembaca, penontonnya dapat menghayari penderitaan sekaligus keindahan karya seni. Sebagai contoh bagaimana penderitaan anak yang mati akibat siksaan orang tuanya sendiri yang dari kejadian itu ceritanya difilmkan.


  • Penderitaan dan sebab-sebabnya

Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :

  1. Penderitaan yang timbul akibat perbuatan buruk manusiaPenderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Allah SWT berfirman, Aku tidak akan pernah merubah nasib hambaku, melainkan

Hambaku sendirilah yang merubahnya. Sudah jelas Tuhan tidak akan mengubah nasib hambanya, karena atas usaha hambanya sendirilah yang bias mengubah nasibnya itu. Adapun perbedaan antara nasib buruk dan takdir, kalau takdir Tuhan yang menjadi penentunya sedangkan nasib buruk itu manusia lah penyebabnya.

Karena perbuatan buruk antara sesama manusia maka manusia lain menjadi menderita, mislalnya :
  • Pembantu rumah tangga yang diperkosa, disekap dan disiksa oleh majikanya seharusnya majikan yang biadab itu diganjaran dengan hukuman penjara oleh pengadilan negri supaya perbuatan itu dapat di perbaiki dan pembantu yang telah menderita itu bisa dipulihkan

Perbuatan buruk manusia terhadap lingkuangan juga menyebabkan penderitaan manusia, misalnya :
  • Musibah banjir dan tanah longsor bermula dari penghunian liar di hutan lindung, kemudian pohon-pohot dibabat menjadi tandus dan gundul oleh manusia penghuni liar itu. Akibatnya beberapa jiwa jadi korban banjir, ratusan rumah hancur .

  1. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimism dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu.

Bebebrapa kasus penderitaan dapat diungkapkan berikut ini :
Seorang anak lelaki buta sejak diahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang tuanya. Ia disekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Walaupun ia tidak dapat melihat dengan mata hatinya terang benderang. Karena kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan sampai di universitas, dan akhirnya memperoleh gelar doctor di Universitas Sourbone Perancis. Dia adalah Prof.Dr. Thaha Husen, guru besar Universitas di Kairo, Mesir.

  • Pengaruh Penderirataan
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidalmya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.

            Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan "risiko" hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya

            Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa "sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna", "nasi sudah menjadi bubur". Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar